Tradisi Bubak Manten di Jawa, Benarkah Memiliki Makan yang
Cukup Mendalam?
Pada dasarnya, tradisi bubak manten merupakan
hajat dari orang tua yang akan menikahkan anak pertama. Biasanya tradisi ini
berlangsung sebelum akad nikah. Namun terkadang banyak orang yang melakukan
acara bubak manten terpisah dengan acara pernikahan anak.(toc) #title=(Daftar isi)
Tradisi ini biasanya berlangsung pada malam
hari sebelum acara puncak Pernikahan atau resepsi. Selain itu, bubak manten
juga memiliki beberapa peralatan khusus yang memiliki makna mendalam. Bahkan
peralatan tersebut masih berkaitan dengan pernikahan dan hidup.
Sebagian orang berpendapat bahwa bubak manten
merupakan tradisi budaya Jawa. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang
melakukan prosesi bubak manten sesuai dengan ajaran agama. Terlebih bubak
manten merupakan tradisi yang berkaitan dengan doa untuk pengantin.
Tujuan Pelaksanaan Bubak Manten Secara Umum
Beberapa masyarakat Jawa biasanya selalu
mengutamakan acara bubak manten. Bahkan ketika seseorang meninggal dalam
kondisi belum bubak biasanya akan diberi bunga setaman. Adapun tujuan dari
tradisi bubak manten meliputi:
1. Sebagai Tanda Syukur Kepada Tuhan
Manusia sendiri merupakan makhluk ciptaan
Allah yang setiap hari mendapatkan rezeki melimpah baik berupa uang ataupun
kesehatan. Tidak hanya itu saja, dalam tradisi Jawa bubak manten menjadi wujud
syukur kepada Tuhan. Sebab seseorang bisa menikahkan anaknya.
Sejak anak lahir ke dunia, orang tua memiliki
tanggung jawab penuh atas anaknya. Bahkan orang tua wajib memberikan kehidupan
layak hingga memberikan pendidikan bagi anaknya. Hingga pada akhirnya, orang
tua juga harus melepaskan anak untuk menuju jenjang pernikahan.
2. Permohonan Kepada Tuhan agar Mendapat Rezeki dan Kesehatan
Sebagian orang berpendapat bahwa bubak manten
bertujuan untuk memohon kepada Tuhan agar mendapatkan rezeki, kesehatan,
keselamatan. Doa tersebut merupakan harapan dari kenang tua agar anaknya hidup
damai dan bahagia setelah melaksanakan pernikahan.
Dalam hubungan pernikahan, tentu pasangan
suami istri menginginkan hubungan yang harmonis, rezeki yang melimpah serta
keselamatan untuk keluarganya kelak. Oleh karena itu, bubak manten menjadi doa
para orang tua agar harapan tersebut dapat terkabul.
3. Meminta Kelancaran saat Prosesi Pernikahan
Pada dasarnya, bubak manten memang berlangsung
sebelum acara pernikahan. Sebab bubak kawah atau bubak manten memiliki tujuan
agar acara pernikahan berjalan lancar. Bahkan orang tua juga berdoa kepada
Tuhan agar acara pernikahan anaknya mendapatkan kedamaian.
Doa dan harapan tersebut menjadi alasan
mengapa bubak manten masih populer hingga zaman sekarang. Terlebih banyak
pendapat yang mengatakan bahwa bubak manten termasuk tradisi yang tidak boleh
terlewatkan saat melakukan acara pernikahan.
4. Permohonan agar Kedua Pengantin Mudah Melakukan Urusan
Setiap manusia tentu memiliki urusan yang
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Oleh karena itu, masyarakat
Jawa melakukan prosesi bubak kawah dengan harapan agar kedua pengantin murah
dalam menjalankan berbagai urusan baik bersama pasangan atau sendiri.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,
keberkahan dari Tuhan menjadi poin yang cukup penting. Sebab dengan Rahmat dan
berkah dari Tuhan, Kita bisa melaksanakan berbagai macam kegiatan tanpa
kendala. Terlebih Tuhan menjadi penolong setia bagi para Hamba-nya.
Tata Cara Tradisi Bubak Manten di Jawa
1. Menyalakan Api dan Menanak Nasi
Ketika akan melakukan acara bubak manten, ayah
dari pengantin yang akan dibubak harus menyalakan api. Sementara ibu dari
pengantin yang dibubak harus menanak nasi. Sebelum itu, kedua orang tua dari
calon pengantin harus membaca Al Fatihah dan syahadat sebanyak 3 kali.
2. Nyiarne Daringan Kebak
Setelah menyalakan api dan menanyakan nasi,
kedua orang tua yang menyelenggarakan bubak akan melakukan proses nyiarne
Daringan Kebak kepada masyarakat sekitar. Nyiarne artinya mengumumkan Daringan
artinya beras dan kebak artinya sudah penuh
Jika nyiarne Daringan Kebak sudah selesai,
kedua orang tua akan membuka kedua gendhaga dan memasang sesajen ke 4 tiang di
rumah. Kemudian kedua orang tua menyiarkan kepada lemah yang hadir bahwa anak
pertamanya akan menikah.
3. Membuka Daringan Kebak / Gendhaga
Tradisi ini diawali dengan menggendong dua
Gendhaga ke luar rumah. Setelah itu, Gendhaga kembali diletakkan di atas meja
dan orang tua duduk kembali sambil mendengarkan arahan dari tokoh masyarakat.
Setelah itu, orang tua harus meletakkan kain mori sebagai alas Gendhaga.
Biasanya Gendhaga juga dilengkapi dengan 1
tangkap pisang raja, kendi dan juga lampu sebagai penerangan. Kemudian orang
tua juga harus menunjuk saksi untuk hadir dalam acara tersebut. Dengan saksi
tersebut, orang tua akan mengatakan bahwa dirinya akan bubak mantu.
Setelah itu, pemilik hajat akan membuka
Gendhaga secara bergantian. Namun sebelum itu, kedua orang tua harus membaca Al
Fatihah. Tradisi bubak manten memang memiliki makna mendalam, sehingga masih
banyak yang melakukannya hingga zaman modern.
Download Tulisan.
Klik unduh untuk mendownload
- Bubak Manten di Jawa.pdf(getCard) #type=(download) #title=(Bubak Manten di Jawa.pdf) #info=(282kb) #button=(Unduh) #color=(#2E8B57)
- Bubak Manten di Jawa.docx(getCard) #type=(download) #title=(Bubak Manten di Jawa.docx) #info=(206kb) #button=(Unduh) #color=(#2E8B57)