Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (Dok. Ist) |
Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Dimana hari maulid nabi menurut Sunni jatuh pada tanggal 12 rabiulawal. Sementara menurut penanggalan hijriah jatuh pada 17 rabiul awal. Peringatan maulid nabi dilakukan untuk menghormati nabi.
(toc) #title=(Daftar isi)
Pada saat Maulid Nabi tibaz umat muslim bisa melakukan beberapa cara untuk memperingatinya baik beribadah ataupun melakukan tradisi lainnya. Dimana tradisi tersebut masih sejalan dengan agama Islam, dan tidak merugikan umat manusia lainnya.
Dalam beberapa kitab suci Al-Quran, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah SWT. Dimana nabi Muhammad SAW bertugas menuntun umat muslim. Pernyataan ini sesuai dengan QS. Ali Imron ayat 164.
لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ١٦٤
Artinya: "Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur'an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Ali Imran: 164)
Tradisi Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Tradisi Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW (Dok. Ist) |
Sebagian ulama berpendapat bahwa merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, termasuk perbuatan baik. Artinya umat muslim bisa melakukannya, asalkan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Berikut beberapa tradisi di Indonesia untuk merayakan Maulid Nabi, yakni:
1. Sekaten
Secara umum, tradisi Sekaten masih dilaksanakan di keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sebelum Maulid Nabi, tepatnya pada tanggal 5-12 Mulus ( Dalam penanggalan Jawa). Tradisi ini masih berkaitan dengan sejarah Islam di pulau Jawa.
Pada saat itu, masyarakat di Jawa masih menganut kepercayaan Hindu dan Budha. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga berusaha mengajak masyarakat untuk mengucapkan kalimat syahadat. Upaya Sunan Kalijaga juga membuahkan hasil, sebab banyak masyarakat menganut agama Islam.
2. Walima
Pada dasarnya, tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman kerajaan Islam di Gorontalo. Dimana tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17. Biasanya tradisi Walima dimulai dengan cara dzikir di masjid yang terdapat di daerah Gorontalo.
Selain itu, rumah-rumah di Gorontalo biasanya membuat makanan khas. Bahkan terdapat makanan tradisional yang turut diutamakan seperti kolombengi, curuti, bulu deli, dan juga pisang. Makanan tersebut disusun di Tolangga kemudian dibawa dari rumah menuju masjid.
3. Nyiram Gong
Biasanya tradisi ini dilakukan oleh keraton Kanoman di kota Cirebon. Tradisi ini dilakukan dengan cara membersihkan gamelan Sekaten yang terdapat di kompleks Keraton Kanoman. Menurut filosofi, tradisi ini berarti membersihkan diri dalam menyambut Maulid Nabi.
Bagi masyarakat Cirebon, tradisi ini menjadi momen yang menyenangkan. Sebab masyarakat dapat melihat gong pusaka yang hanya muncul satu tahun sekali. Biasanya pencucian gong diawali dengan membaca doa dan sholawat. Air yang digunakan berasal dari air kembang.
4. Endog-endogan
Di Banyuwangi terdapat sebuah tradisi Maulid Nabi yakni Endog-endogan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun abad ke-18. Endog atau telur dibuat sebagai simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dimana telur tersebut dihias dengan bunga kertas dengan aneka bentuk.
Setelah selesai menghias, Endog tersebut akan diarak keliling kampung menggunakan becak. Selain itu, sebagian telur akan diletakkan di masjid. Tidak hanya itu saja, masyarakat yang melakukan tradisi ini akan melantunkan pada nabi Muhammad SAW sesuai kitab Al-Barzanji.
5. Baayun Maulid
Berbeda dengan daerah Banyuwangi, Masyarakat Banjar memiliki tradisi menggendong bayi pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini lebih dikenal dengan Baayun Maulid. Baayun sendiri memiliki arti mengayun atau membuai bayi. Dalam tradisi ini, terdapat ayunan dan janur.
Ayunan yang digunakan dalam tradisi ini memiliki 3 lapis. Setelah itu, masyarakat akan menghiasinya dengan janur. Orang tua yang akan menjalankan tradisi ini harus menyiapkan beberapa peralatan seperti gula habang, wadah beras, nyiur, benang, jarum, Uyah dan lainnya.
Pandangan Ulama Tentang Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum merayakan maulid nabi boleh dilaksanakan. Sebab perayaan ini menjadi pertanda bahwa umat muslim mengagungkan Nabi Muhammad SAW. Bahkan Ibnu Taimiyah juga memberikan pendapat yang sama.
فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِمًا قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وَتَعْظِيْمِهِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
Artinya: "Mengagungkan Maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah SAW."
Itulah penjelasan singkat tentang tradisi memperingati maulid nabi Muhammad SAW di Indonesia. Meskipun tradisi tersebut tergolong sederhana dan tradisional, namun tidak bertentangan dengan syariat Islam.