![]() |
Kisah Rabi' bin Khaitsam (Dok. Ist) |
Kisah Rabi' bin Khaitsam tentu sudah tidak asing bagi umat muslim. Terlebih, iabadalah salah satu ulama Tabi'in yang dikenal karena ketakwaan dan kekhusyukannya dalam beribadah.
(toc) #title=(Daftar isi)
Sebagai murid dari Abdullah bin Mas'ud, ia menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam mendalami ajaran Islam dan menjadi teladan bagi generasi berikutnya. Karena itu, tidak heran jika banyak buku yang menjelaskan tentang kisahnya. (getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Masa Muda dan Pendidikan
Sejak usia muda, Rabi' bin Khaitsam telah menunjukkan minat yang mendalam terhadap ilmu agama. Ia berguru kepada Abdullah bin Mas'ud selama dua puluh tahun, sebuah periode yang membentuknya menjadi seorang ulama yang disegani.
Selama masa belajarnya, Rabi' dikenal karena sikapnya yang selalu menundukkan pandangan dan kepalanya, sebuah tanda kerendahan hati dan kekhusyukan yang mendalam.
Karena kebiasaannya yang menundukkan pandangangan, beberapa orang sempat mengira ia adalah seorang tunanetra. Padahal, ia menundukkan pandangan karena menghindari zina mata dengan lawan jenis.
Kisah dengan Wanita Penggoda
![]() |
Kisah Rabi' bin Khaitsam (Dok. Ist) |
Rabi' bin Khaitsam adalah seorang tabiin yang terkenal karena kesalehannya. Ia sangat berhati-hati dalam menjaga pandangannya dan selalu menjauhi tempat maksiat. Selain rajin beribadah, ia juga dikenal ramah, tenang, dan selalu murah senyum kepada orang lain.
Namun, tidak semua orang menyukai keteguhan imannya. Sekelompok ahli maksiat yang iri terhadapnya berusaha menjebaknya dengan berbagai cara. Salah satu rencana mereka adalah mengirim seorang wanita cantik untuk menggoda Rabi'.
Orang-orang yang berniat buruk itu menyewa seorang wanita yang sangat menarik, dengan tubuh indah dan kulit yang mempesona.
Wanita ini berdandan secantik mungkin, mengenakan pakaian sutra terbaik, dan memakai wewangian yang harum. Tujuannya adalah membuat Rabi' tergoda.
Pada suatu malam, wanita itu menunggu di depan rumah Rabi' hingga ia pulang dari masjid. Saat Rabi' tiba, wanita itu berpura-pura kehausan dan meminta air. Dengan tenang, Rabi' memberikannya air. Kemudian, wanita itu meminta izin untuk masuk dan duduk sebentar. Rabi' pun mengizinkannya.
Setelah masuk ke dalam rumah, wanita tersebut menutup pintu, melepas cadar dan kain hitamnya, lalu mulai merayu Rabi'.
Melihat hal itu, Rabi' tidak tergoda. Ia tetap teguh dalam imannya dan berkata,
"Wahai saudariku, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tetapi jika seseorang tidak menjaga dirinya, ia bisa terjerumus ke dalam kehinaan. Apakah kau ingin berakhir di neraka?"
Rabi' juga mengingatkan wanita itu tentang ancaman penyakit, kematian yang bisa datang kapan saja, dan azab bagi mereka yang berbuat dosa. Kata-kata ini menusuk hati wanita tersebut. Ia gemetar ketakutan, menangis, lalu segera mengenakan kembali cadarnya dan pergi dari rumah Rabi'.
Sejak kejadian itu, wanita tersebut benar-benar bertaubat. Ia berubah menjadi seorang yang taat beribadah, mengisi waktunya dengan salat, zikir, dan puasa.
Sementara itu, orang-orang yang berniat menjatuhkan Rabi' justru terkejut dengan hasil yang berlawanan. Mereka berkata, "Kita ingin menjebak Rabi', tetapi justru wanita itu yang bertobat karena nasihatnya!"
Hingga akhir hidupnya, wanita itu terus beribadah dengan sungguh-sungguh. Ia wafat dalam keadaan sujud, tubuhnya kurus kering seperti batang kurma di tengah padang pasir, sebagai tanda pengorbanannya dalam bertobat kepada Allah SWT.
Kekhusyukan dalam Ibadah
Rabi' bin Khaitsam dikenal karena kekhusyukannya yang luar biasa dalam beribadah. Ia sering menghabiskan malamnya dengan salat dan membaca Al-Qur'an.
Suatu ketika, saat membaca Surah Al-Jatsiya, ia terhenti pada ayat ke-21 dan menangis tersedu-sedu, merenungkan perbedaan antara orang yang berbuat dosa dan orang yang beramal saleh.
Tangisannya berlangsung hingga fajar menyingsing, menunjukkan betapa dalam penghayatannya terhadap ayat-ayat Allah.
Sifat Zuhud dan Tawadhu'
Selain kekhusyukannya, Rabi' juga dikenal sebagai sosok yang sangat zuhud dan rendah hati. Ia selalu menundukkan pandangannya dan menahan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi.
Suatu hari, ketika berjalan bersama Abdullah bin Mas'ud, mereka melewati seorang pandai besi dengan api yang menyala-nyala. Melihat api tersebut, Rabi' pingsan karena membayangkan dahsyatnya api neraka. Ia pingsan hampir 24 jam lamanya, menunjukkan betapa kuat rasa takutnya kepada Allah.
Rabi' bin Khaitsam juga dikenal karena nasihat-nasihatnya yang mendalam dan menyentuh hati. Suatu ketika, seorang sahabatnya, Hilal, mengajaknya untuk bertemu dengan Rabi'.
Mereka mendapati Rabi' dalam keadaan sakit, namun tetap memberikan nasihat yang penuh hikmah. Ia mengingatkan tentang pentingnya mengingat kematian dan tidak terbuai dengan kehidupan dunia yang fana. (getCard) #type=(post) #title=(Baca juga yang ini, cek yuk!)
Nasihat-nasihatnya selalu mengajak orang untuk merenungkan kehidupan akhirat dan menjauhi perbuatan dosa.
Kisah hidup Rabi' bin Khaitsam memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Ketakwaan, kekhusyukan, dan kerendahan hatinya menjadi teladan bagi generasi berikutnya. Ia menunjukkan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan godaan dan distraksi, kisah Rabi' bin Khaitsam mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kekhusyukan dalam ibadah, bersikap zuhud, dan selalu mengingat akhirat.